Friday 28 July 2017

Tugas Interpersonal Skill ANALISA KORUPSI


A.    KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Interpersonal Skils.
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga  makalah  ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Pruwokerto, Juni 2017

Penulis,
(M.Nurul Iman)
NIM : 14.12.0130



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Korupsi di Indonesia ini sangat beragam macamnya, pelakunya, modusnya, dari tingkat kecil sampai kelas kakap semua ada negara kita tercinta, sangat ironis sekali saat kita melihat fakta ini karena begitu banyak rakyat kita yang masih tergolong belum sejahtera namun para tikus-tikus kantor tersebut enak-enakan menikmati hasil korupsinya diatas penderitaan rakyat.
Disisi lain Negara ini memiliki para mahasiswa yang jumlahnya sudah jutaan di semua perguruan tinggi negeri maupun swasta, mahasiswa merupakan bibit yang akan tumbuh menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi negaranya ataupun bisa juga malah akan menjadi beban dan menyusahkan negaranya.
Oleh sebab itu, sebelum para penerus cita-cita bangsa ini meneruskan langkah pastinya, mahasiswa seharusnya dibekali pendidikan tentang korupsi supaya para mahasiswa bisa memilah mana yang bisa dikatakan korupsi mana yang bukan, karena kriteria korupsi sendiri ini sangatlah kompleks jika kita tidak berhati-hati.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apa itu Korupsi ?
  1. Apa hubungan mahasiswa dengan korupsi?
  2. Tindak-tindakan mahasiswa yang mengarah pada korupsi?
  3. Apa saja peran mahasiswa dalam memberantas korupsi?
  4. Cara penanaman nilai-nilai anti korupsi kepada mahasiswa?
1.3 Tujuan
  1. Untuk mengetahui pengertian dari Korupsi secara jelas.
  2. Untuk mengidentifikasi hubungan mahasiswa dengan korupsi.
  3. Untuk mengklasifikasikan tindakan yang tergolong korupsi ataupun mengarah ke korupsi.
  4. Untuk menjelaskan peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi.
  5. Menanamkan nilai-nilai anti korupsi kepada mahasiswa.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi Korupsi dan Mahasiswa

Kata “korupsi” berasal dari Bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea: 1951) atau Kata “corruptus” (Webster Student Dictionary: 1960). Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu Bahasa Latin yang lebih tua. Dari Bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Prancis) dan “corruptive/ korruptie” (Belanda).
Namun dari semua itu Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, ridak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Secara garis besar korupsi merupakan tindakan yang sangat buruk, tidak bermoral, merugikan banyak orang untuk kepentingan diri sendiri maupun kelompoknya.
Sedangkan mahasiswa adalah seseorang yang sedang menempuh pendidikan ditingkat perguruan tinggi, mahasiswa sendiri bisa juga disebut “Agent of Change” atau agen perubahan, yang mana tugas mahasiswa kelak nantinya adalah untuk membuat sebuah perubahan yang lebih baik bagi masyarakat.

BAB III
ANALISIS

3.1  Hubungan Mahasiswa dengan Korupsi
Mahasiswa juga memiliki hubungan dengan korupsi tapi bukan berarti mahasiswa adalah koruptor, maksudnya disini menurut saya mahasiswa merupakan bibit yang akan tumbuh menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi negaranya ataupun bisa juga malah akan menjadi beban dan menyusahkan negaranya. Oleh karena itu, sebelum para penerus cita-cita bangsa ini meneruskan langkah pastinya, mahasiswa seharusnya dibekali pendidikan tentang korupsi supaya para mahasiswa bisa memilah mana yang bisa dikatakan korupsi mana yang bukan, karena kriteria korupsi sendiri ini sangatlah kompleks jika kita tidak berhati-hati.
Mahasiswa juga seharusnya selalu ikut mengkritisi dan juga mengawal kebijakan-kebijakan publik terhadap kebijakan-kebijakan yang diambil para yang memiliki kepentingan sehingga apapun kebijakannya bisa terkontrol dan juga tepat sasaran. Sehingga tidak ada yang dirugikan dalam hal apapun.
Oleh karenanya, peran aktif mahasiswa sangatlah dibutuhkan dalam proses dipemerintahan, selain sebagai proses pembelajaran juga untuk mengawasi anggota agar tidak berbuat yang tidak sesuai dengan aturan yang ada, namun lebih dari itu mahasiswa juga diharapkan bisa lebih bijak dalam semua tindakannya, karena kebanyakan dari yang telah terjadi, mahasiswa selalu anarkis saat mereka tidak bisa menyampaikan aspirasinya.
Namun disisi lain, sebelum mereka mengkritisi orang lain saya sendiri sebagai mahasiswa berharap mahasiswa juga bisa menanamkan moral yang baik, minimal untuk tidak melakukan sesuatu apapun yang merugikan orang lain, dan mahasiswa juga wajib paham mengenai korupsi dan juga kriteria-kriteria maupun hal-hal yang bisa termasuk kedalam korupsi.

3.2 Tindakan Mahasiswa yang Mengarah pada Korupsi
Sebenarnya mahasiswa sendiri juga pernah melakukan korupsi, bahkan bisa jadi perbuatan ini sering dilakukan para Mahasiswa ini tanpa kita sandari ataupun memang sengaja mereka lakukan, namun biasanya yang dilakukan mahasiswa masih tergolong korupsi yang masih kecil, tapi tidak terlepas bahwasannya ada pula yang melakukan korupsi dengan skala sedang. Macam-macam tindakan mahasiswa yang tergolong termasuk korupsi, diantaranya:
  1. Menyontek
Menyontek termasuk korupsi, karena orang yang mencontek sudah berbuat curang untuk mendapatkan nilai yang memuaskan, perbuatan ini sangat sering dilakukan mahasiswa meskipun tidak semua tapi sebagian besar hal ini sering dilakukan mahasiswa. Tetapi disini saya bersyukur karena di STMIK AMIKOM Purwokerto ada tindakan tegas untuk mahasiswa yang menyontek saat UTS maupun UAS yaitu berupa teguran dan tidak diberi nilai.
  1. Titip Absensi
Titip absensi temasuk korupsi, karena dia telah tidak jujur dengan cara mengada-adakan yang tidak ada, meskipun hal ini tidak termasuk tindak korupsi yang besar tapi juga akan menimbulkan ketergantungan sehingga akan membudaya hingga ia lulus dari perguruan tinggi. Sebelum adanya absensi online yang menggunakan sistem di STMIK AMIKOM Purwokerto dulu saya sering kali melihat adanya praktek titip absensi dan jujur saya juga pernah melakukannya sekali. Tetapi sekarang sudah lebih baik dengan adanya sistem presensi online ssudah bisa menghilangkan praktek titip absensi di Amikom Purwokerto.
  1. Datang Terlambat
Datang terlambat merupakan tindakan korupsi karena seseorang mengambil waktu yang seharusnya ia gunakan untuk belajar malah digunakan untuk tujuan lainnya, sehingga waktu yang seharusnya dipakai belajar tidak bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Ini hal yang mungkin semua mahasiswa pernah melakukannya dan jujur saya sendiri juga pernah melakukannya
  1. Mengulur Waktu Pengumpulan Tugas
Hampir sama seperti datang terlambat, mahasiswa terkadang mengumpulkan tugas tidak sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat antara dosen dan mahasiswa, padahal saat kita dalam suatu kondisi nyata, saat kita mengucap janji, janji itu wajib untuk ditepati.
  1. Copy-Paste Tugas
Banyak dari kita sebagai mahasiswa yang terburu deadline pengumpulan tugas, sering kali mencari jalan pintas dengan copy paste tugas teman, dari internet maupun sumber lain, ini sangat bertentang dengan aturan yang ada, karena dengan cara copy paste, seseorang akan mengambil hak pembuatan, ataupun hak paten dari karya seseorang, jadi itu termasuk kedalam korupsi.
  1. Memalsukan Tanda Tangan
Tidak sedikit dari Mahasiswa Amikom yang ingin mendapat persyaratan untuk mengikuti KP atau KKL di STMIK AMIKOM Purwokerto, sering kali mahasiswa melakukan pemalsuan tanda tangan seminar KP agar namanya dimasukkan kedalam list peserta KP atau KKL sebagai syarat untuk mengikutinya, tindakkan pemalsuan tanda ini sudah jelas termasuk korupsi dan praktek seperti ini sedang marak-maraknya di kampus saya yaitu STMIK AMIKOM Purwokerto. Namun pihak kampus tidak diam saja tetepi pihak kampus mengammbil langkah yang tegas yaitu dengan sanksi yang berat karena ini merupakan tindakan pemalsuan dokumen dan bisa dikenai pidana.
  1. Memberi Suap Untuk Dosen atau Karyawan
Untuk memasukkan list nama mahasiwa ke dalam daftar peserta KKL atau KP kadang mahasiswa yang tidak diterima melakukan Suap kepada dosen maupun karyawan ini sama saja termasukkan dalam tindakan suap, meskipun dalam konteks ini masih bisa tergolong dalam skala yang masih cukup kecil.
Tindakan diatas mungkin hanya sebagian kecil dari beberapa kegiatan mahasiswa yang terkadang ataupun bahkan sering dilakukan oleh mahasiswa mungkin juga untuk sebagian mahasiswa tindakan tersebut sudah biasa dan menjadi kebiasaan. Oleh sebab itu, paradigma yang seperti itu harus lah kita ubah dan tidak kita teruskan lagi.

3.3 Peran Mahasiswa dalam pemberantasan korupsi
Mengapa harus mahasiswa? Karena mahasiwa adalah elemen masyarakat yang paling ideal dan memiliki semangat yang sangat tinggi dalam memperjuangkan sesuatu. Selama ini mahasiswa dipandang bisa cukup signifikan dalam mempengaruhi perubahan kebijakan atau struktur pemerintahan. Di sisi lain mahasiswa juga bisa mempengaruhi lapisan masyarakat lainnya untuk menuntut hak mereka yang selama ini kurang diperhatikan oleh pemerintah. Peran mahasiswa bisa dilihat dalam sejarah perjuangan kemerdekaan mengenai kebangkitan bangsa Indonesia dalam melawan penjajahan Belanda yang mana dipelopori oleh para mahasiswa kedokteran Stovia.
Presiden pertama Indonesia, Soekarno sang Proklamator Kemerdekaan RI merupakan tokoh pergerakan dari kalangan mahasiswa. Selain itu peristiwa lain yaitu pada tahun 1996, ketika pemerintahan Soekarno mengalami keadaan politik yang tidak kondusif dan memanas kemudian mahasiswa tampil dengan memberikan semangat bagi pelaksanaan Tritura yang akhirnya melahirkan orde baru. Akhirnya, ketika masa orde baru, mahasiswa juga menjadi pelopor dalam perubahan yang kemudian melahirkan reformasi.
Dari gambaran diatas Mahasiswa pun bisa sangat berpengaruh bagi pemberantasan korupsi, karena korupsi memang bukan perkara yang mudah, kita tidak bisa memungkiri bahwasannya semua lapisan masyarakat sudah terkontaminasi dengan yang namanya korupsi, baik itu dari yang skala yang terkecil sampai yang skala besar-besaran.
Namun saat kita bicara tentang korupsi terlebih dahulu mahasiswa harus melawan dirinya sendiri untuk tidak berlaku korupsi sekecil mungkin, kemudian disusul untuk mendorong keluarganya, saudara, tetangganya, temannya untuk diajak berlaku jujur dan tidak korupsi, seminimal mungkin mahasiswa bisa mewujudkan lingkungan yang bersih korupsi sekecil apapun.
Contohnya saat ada pilkada, janganlah mau kita disuap dengan nilai yang hanya tak seberapa itu, karena sesedikit pun suap yang kita terima itu pun juga termasuk korupsi dan itu artinya kita memberi peluang kepada sang calon pemimpin untuk bertindak yang mungkin tidak sewajar dalam peraturan yang ada.

Upaya yang bisa dilakukan mahasiswa untuk memberantas korupsi, diantaranya:
  1. Menciptakan Lingkungan Kampus yang Bebas dari Korupsi
Pepatah menyebutkan bahwa “perubahan harus dimulai dari diri sendiri”, jadi mahasiswa harus menanamkan kepada diri bahwasannya mahasiswa tidak boleh melakukan tindakan korupsi sekecil apapun, seperti: nyontek, titip absen, datang terlambat, pemalsuan tanda tangan dll. Memang kelihatannya sepele namun, itulah awal mula terjadinya korupsi yang besar-besaran, oleh sebabnya kesadaran dan komitmen terhadap diri sendiri harus ditumbuhkan terlebih dahulu
Contoh lain kita membuat sebuah absen jujur untuk melihatkan resiko korupsi secara langsung, bisa juga kita membuat komunitas seperti Anti Korupsi namun dalam skup internal kampus yang memiliki kegiatan untuk mengontrol kebijakan kampus, melakukan diskusi tentang korupsi, mengadakan seminar bahaya korupsi dan juga mengkampanyekan anti korupsi, dan masih banyak juga kegiatan lainnya.
  1. Melakukan Penyuluhan kepada Masyarakat
Mahasiswa memberikan wawasannya kepada masyarakat tentang korupsi dari tingkat sekecil mungkin dan juga bahaya-bahayanya kepada masyarakat yang mungkin belum tau tentang apa itu korupsi dan juga bahaya-bahayanya, tidak hanya itu masyarakat juga turut dia ajak untuk mengontrol kebijakan-kebijakan para pemimpinnya.
  1. Menjadi Kontrol untuk Kebijakan Pemerintah
Seperti saya sebutkan sebelumnya bahwasannya mahasiswa sebagai agen pengontrol dalam pemerintahan. Kebijakan pemerintah sangat perlu untuk dikontrol dan dikritisi jika dirasa kebijakan tersebut tidak memberikan dampak positif pada keadilan dan kesejahteraan masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat. Misalnya dengan melakukan demo untuk menekan pemerintah atau melakukan jajak pendapat untuk memperoleh hasil negosiasi yang terbaik.

3.4 Cara Menanamkan Nilai-nilai Anti Korupsi kepada Mahasiswa

Untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi kepada mahasiswa tidak lah mudah, karena banyak yang beranggapan hal-hal yang seperti dipandang sebelah mata, namun kita masih bisa melakukannya dengan bertahap, seperti:
  1. Pemberian Mata Kuliah Anti Korupsi
Pemberian MK Anti Korupsi sangatlah penting bagi mahasiswa, karena dosen akan memberi wawasan secara formal mengenai korupsi, bahaya korupsi, maupun studi kasus yang real, sehingga mahasiswa setidaknya bisa mengetahui gambaran tentang korupsi.
  1. Membuat Organisasi Anti Korupsi
Membuat sebuah organisasi yang mengkampanyekan anti korupsi sangatlah penting bagi pemberian wawasan anti korupsi, di kampus-kampus besar sudah ada yang membuat organisasi seperti, dan kegiatannya juga sangat bermanfaat dan sangat menarik.
  1. Membuat Banner, Spanduk untuk menyerukan Anti Korupsi
Pembuatan alat peraga seperti ini juga dibutuhkan untuk memberikan seruan kepada mahasiswa lain agar mengikuti slogan-slogan unik yang di tampilkan pada alat peraganya.

KESIMPULAN
Korupsi adalah salah satu tindakan yang wajib diberantas oleh semua lapisan masyarakat, karena korupsi sangat berpengaruh akan kesejahteraan masyarakat, mahasiswa dalam hal ini mempunyai andil yang signifikan untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah dan juga menggerakkan lapisan masyarakat agar akar-akar korupsi bisa diberantas sampai keakarnya mesikipun hal ini sangatlah tidak mudah.
Upaya-upaya yang dilakukan mahasiswa adalah menciptakan lingkungan bebas dari korupsi di kampus, memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya melakukan korupsi dan menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah. Maka mahasiwa harus lebih berkomitmen dalam memberantas korupsi supaya upaya mereka berjalan semaksimal mungkin.


Sunday 9 July 2017

Review jurnal VAL IT : KERANGKA KERJA EVALUASI INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI

Besarnya nilai nominal investasi teknologi informasi (TI) di berbagai organisasi membuat banyak pihak mulai  bertanya-tanya,  bagaimana  cara  memperkirakan  seberapa  besar  investasi  tersebut  memberikan  manfaat  bagi  perusahaan.  Fakta  menyatakan  bahwa  manfaat  investasi  TI  dapat  berupa  yang  terhitung  (tangible)  maupun yang tidak terhitung (intangible).  Manfaat ini juga ada yang dapat dirasakan dengan segera dan ada juga  yang  hanya  dapat  dirasakan  setelah  kurun  waktu  tertentu.  Hal  ini  menyebabkan  banyak organisasi mengalami kesulitan bagaimana menghitung nilai investasi TI dikaitkan dengan manfaat yang dihasilkan. Untuk itu, terdapat beberapa metoda untuk memperkirakan nilai investasi TI. Val  IT,  adalah  salah  satu  metoda  yang  dapat  digunakan  untuk  memberikan  gambaran  yang  jelas  akan  manfaat  investasi  TI  pada  organisasi.  Val  IT  merupakan  konsep  baru  yang  diluncurkan  oleh  Information  Technology  Governance  Institute  (ITGI)  sebagai  sebuah kerangka  kerja  standar  untuk  melengkapi  kerangka kerja  tata  kelola  TI  yang  sudah  lama  dirilis  dan  dipergunakan  secara  luas  yaitu  COBIT.  Karena Val  IT merupakan  pelengkap  COBIT,  maka  dalam  beberapa  hal, asumsi  yang  digunakan  serta  cara  pendeskripsian  kerangka  kerjanya  sangat  mirip  dan  sangat  erat  kaitannya  dengan  COBIT.    Val  IT  terdiri atas  sekumpulan prinsip  dasar  dan  3  proses  utama  untuk  mengukur  nilai  TI.    Masing-masing  proses  kemudian  dirinci  lagi menjadi beberapa item manajemen praktis seperti halnya pada COBIT. Untuk menerapkan kerangka kerja Val IT, organisasi harus membangun sebuah business case yang dapat diterapkan  pada  proyek  investasi  TI  tertentu. Business  case digunakan sebagai alat  bantu  praktis  untuk merencanakan,  mengukur,  dan  memonitor  investasi  TI  dalam  sebuah  siklus  hidup  ekonomis  yang  utuh,  dalam  artian  mulai  dari  mengusulkan,  membeli,  memakai  hingga  menghentikan  pemakaian sebuah  investasi  TI  (retirement).  Sasaran  membangun  business  case  adalah  agar  dapat  memberikan  gambaran  yang  lengkap  dan  transparan  kepada  pihak  manajemen  atas  manfaat  suatu  investasi  dan  membantu  manajemen  untuk  membuat  keputusan atas investasi tersebut. Melalui  penerapan  kerangka  kerja  Val  IT,  organisasi  diharapkan  dapat  memperkirakan sejauh  mana  manfaat  suatu  investasi  TI  terhadap  organisasi,  yang  disajikan  dalam  format  yang  terukur  dan  mudah dikelola/diperbaharui  sepanjang  siklus  hidup  investasi  tersebut,  sehingga  dapat  dijadikan  kontrol  pencapaian nilai yang diharapkan dari sebuah investasi Teknologi Informasi.

PENGUKURAN  INVESTASI  TEKNOLOGI  INFORMASI
Masalah yang berhubungan  dengan pengukuran  nilai  TI  terbagi menjadi  dua  katagori yaitu masalah yang terkait   dengan   manajemen kinerja secara umum, dan masalah yang secara spesifik terkait dengan konteks TI. Masalahnya, ternyata  mengukur nilai TI bukanlah  hal  yang  mudah.  Salah  satu  faktor  yang  menjadi  penyebab  kesulitan  ini  adalah  banyaknya  metoda  atau  cara  untuk  mengukurnya,  tanpa  ada kesepakatan  pada satu  cara standar.Setiap konsultan, praktisi  atau  akademisi  memiliki  metoda tertentu untuk mengukur nilai TI. Beberapa misalnya Activity-based  costing,  Critical  success  factor,  Real  option  valuation,  Information  economics, balanced score card, dan masih banyak lagi [4]. Beberapa  model  tersebut  dirancang  khusus untuk  sektor  tertentu,  dan  beberapa  di  antaranya lebih mudah diterapkan dibandingkan  yang lain. Kesulitan penilaian atas investasi TI ini dapat disimpulkan dari kutipan salah satu  artikel  dari majalah Darwin Magazine sebagai berikut :
a.       Mengukur  nilai  investasi  IT  akan  lebih  mudah  jika   penggunaan   komputer  dapat langsung dikonversikan kepenghematan biaya. misalnya, dengan  menggunakan sistem  keuangan  maka penggunaan komputer dapat mengurangi jumlah tenaga   kerja   yang  diperlukan.Sekarang ini, menentapkan   nilai   untuk TI tidaklah selalu mudah, karena teknologi komputer ada dimana-mana,    penggunaan TI tidaklah langsung berhubungan dengan pemangkasan biaya, tetapi diharapkan  untuk  meingkatkan  pendapatan  dan keuntungan.
b.      Ketika TI telah digunakan diorganisasi,mengukur kontribusi langsung  terhadap  tingkat operasional perusahaan menjadi sangat sulit.karena penghematan    biaya, yang terutama berasal  dari pengurangan  jumlah  tenaga  kerja dan  peningkatan  produktivitas,  sudah  berhasil dicapai  pada  fase  awal  siklus  pengembangan sistem,  dan  perusahaan  sudah  berada  pada  fase meningkatkan kinerja. C.
c.       Teknologi informasi berevolusi  sepanjang waktu, maka kesulitan perhitungan    nilai investasi IT juga meningkat, kraena adanya perubahan fokus  dari  efisiensi  klerikal menjadi hal yang lebih luas misalnya keunggulan kompetitif,     manajemen  pengetahuan  dan peningkatan kinerja organisasi.
Kebanyakan  masalah  biaya  dan  manfaat  TI  sulit  dihitung,  khususnya dalam  konteks  keuangan tradisional.  Kesulitan  ini  timbul  karena  biasanya biaya  yang  berhubungan  dnegan  investasi  TI  dapat terhitung   (tangible)   terjadi   di   awal,   sedangkan manfaat  bersifat  intangible  dan  terjadi  di  akhir  atau beberapa  waktu  setelah implementasi, artinya biaya sudah pasti dikeluarkan sementara    manfaatnya belum  tentu  bisa  dihitung. Tidak  seperti  halnya investasi  fisik  lainnya  seperti  gedung,  laboratorium dan  lain-laing,  nilai  aset  informasi  bersifat  lebih volatile (tetap), investasi TI mungkin tidak memiliki nilai  strategis  pada  suatu  saat,  tetapi  dapat  menjadi  nilai   yang   sangat   strategis   di   masa   mendatang.  Investasi  TI  tidak  mengikuti  trend  nilai  investasi  secara  umum,  yang  biasanya  diformulkaan  dalam pengukuran    keuangan   tradisional. Kebanyakan ukuran   keuangan   tidak   efektif   digunakan   untuk  mengukur nilai TI. Secara  umum,  pengukuran  terhadap  nilai  TI dapat  diturunkan  melalui  empat  perspektif  utama yang  menyatakan  perspektif  internal  dan    eksternal, kontrol   dan   orientasi   perubahan,   sehingga   dapat dihasilkan  pola  pengukuran  yang  multifacet. Empat perspektif tersebut adalah sebagai berikut :

                  Efektifitas : apakah investasi  tersebut meningkatkan kualitas?
Efisiensi : apakah   investasi   membuat   sesuatu  lebih ccepat atau lebih murah?
Fleksibilitas : apakah investasi meningkatkan kemampuan untuk bersikap  responsif  terhadap perubahan  teknologi,  institusi  maupun lingkungan?
Kreativitas : apakah investasi dapat meningkatkan kemampuan untuk     memperkenalkan  inovasi baru dalam organisasi?

Kebanyakan  teknik  modern  pengukuran  nilai  TI  menggunakan berbagai     macam  metoda  pengukuran   yang   didasari   oleh   empat   perspektif  tersebut. Organisasi  yang berhasil mendapatkan  manfaat  optimal  dari  investasi  TI  mulai  merasakan bahwa    investasi    TI    tidak    hanya    melibatkan  komponen  teknologi,  tetapi  juga  perubahan  bisnis. Keberhasilan  atas  pengelolaan  nilai  TI  dimulai  dari akuntabilitas  bersama  antara  eksekutif  pengelola  TI dan   eksekutif   bisnis.   Organisasi   yang   berhasil mengelola  TI biasanya memiliki    karakteristik   berikut
1. Memiliki steering  comitee TI   yang  aktif. Komite ini menjadi penghubung antara eksekutif bisnis dengan eksekutif TI.
2. Menerapkan manajemen portofolio. Steering komitee menggunakan   manajemen   portofolio  untuk   mengevaluasi,   menyetujui,   membiaya, prioritas dan memonitor investasi TI.
3. Menggunakan metodologi nilai TI yang standar. Inti  manajemen  portofolio  adalah  metodologi nilai It yang standar yang digunakan dalam satu kasus  bisnis  untuk mengetahui nilai  bisnis atas suatu usulan investasi TI.Dengan   menggunakan   metodologi   standar  steering   comitee dapat   membandingkan   berbagai proposal  proyek  investasi  TI  di  seluruh  perusahaan dan membuat  keputusan  berdasarkan     fakta.Metodologi    ini    juga    dapat    digunakan    untuk  mengukur   nilai   aktual   yang   diperoleh   sepanjang siklus   hidup   investasi,   yang   lebih   dari   sekedar   menghitung return of investmen.

Saat  ini,  terdapat  beberapa  metodologi  untuk  mengukur nilai TI dari konteks bisnis, yaitu :

1. Business Value Index (BVI)
2. Total Economic Impact™ (TEI)
3. Val IT
4. Applied Information Economics (AIE)


Pertimbangan Penggunaan Val IT Beberapa pertimbangan penggunaan kerangka Val IT adalah:
• Val  IT  relatif  baru,  saat  ini  hanya  tersedia  satu  contoh  kasus  yaitu  ING  sehingga  pengalaman  praktisnya  belum  banyak.  Meskipun  kerangka  kerjanya  sudah lengkap dan    sudah  dipublikasikan  secara  luas,    secara  keseluruhan  metodologinya masih dalam tahap penelitian.
• Val IT sangat erat terkait dengan COBIT, tetapi Val  IT  tidak  memerlukan  COBIT,  tetapi  akar  pemikirannya  adalah  COBIT.  Organisasi  yang  sudah  memahami  dan  sepakat untuk     menggunakan    COBIT    akan    lebih    mudah   mengadopsi  dan  mengadaptasi  Val  IT.  Karena Val  IT  relatif  baru,  maka  hanya  sedikit  contoh  studi    kasus    yang    dapat    dijadikan    sumber   pengalaman praktis. 


BUSINESS CASE

Salah satu cara untuk menerapkan kerangka kerja Val IT adalah membangun business case atas proyek yang akan diukur nilai investasinya. Melalui business case,kita dapat mengevaluasi seberapa besar   penciptaan   nilai atas   satu proposal bisnis. Business  case merupakan   alat   bantu   operasional  yang   harus   selalu   diperbaharui   secara   kontinyu   selama siklus hidup ekonomis investasi berlangsung dan  digunakan  untuk  mendukung  impelemntasi  dan  eksekusi  sebuah  program, termasuk  juga  realisasi  manfaat program tersebut.  Business  case harus  dapat menjawab pertanyaan  pada  empat  area  yang  menjadi  landasan  pertimbangan investasi yaitu :
• Are   we   doing   the   right   things?
Apa   yang   diusulkan,   hasil   apa   yang   diharapkan   dan   bagaimana proyek dalam program tersebut akan memberikan  kontribusi  atas  pencapaian  hasil  tersebut.
• Are we doing them the right way? 
Seberapa baik proses tersebut berlangsung, dan apa yang akan dilakukan untuk  menjamin bahwa semua  investasi tersebut akan sesuai      dengan kapabilitas saat ini dan dimasa mendatang?
• Are we getting  them  done  well?
 Apakah  kita memiliki rencana untuk  mengerjakan hal  tersebut,  dan  apakah  sumber  daya  dan  dananya tersedia?
• Are we getting  the benefits?
Bagaimana manfaatnya dapat dirasakan? Apa nilai program tersebut. Keterkaitan  antara  pertanyaan  tersebut  secara  konseptual.


Struktur Business Case

Business  case untuk  investasi  TI  dibangun dengan didasari logika relasi sebagai berikut: Sumber   daya   yang   diperlukan   untuk   membangun sebuah  teknologi  informasi  atau  layanan  TI  yang akan   mendukung   sebuah   kemampuan   opersional  yang   dibutuhkan   untuk   mencapai   sasaran   bisnis  tertentu.    Sasaran    bisnis    ini    ditujukan  untuk  memberikan  nilai  tambah  bagi  seluruh  pihak  yang berkepentingan terhadap organisasi. Business case harus    dibangun dengan pendekatan  top-down  dan  didasari  oleh  pemahaman  yang  jelas  atas  pencapaian  bisnis  yang  diinginkan  oleh perusahaan. Setelah   investasi disetujui, maka investasi tersebut  harus  dimonitor  terus  untuk  mengetahui  apakah    hasil    yang    diharapkan    dapat    dicapai.
Proses  membangun business  case seharusnya dilakukan oleh sponsor bisnis dan melibatkan semua pihak yang berkepentingan dalam membangun dan  mendokumentasikan  seluruh  pemahaman  atas  hasil  bisnis  yang  diharapkan  (baik  hasil  yang  dirasakan  segera,  hasil  ‘antara’  ataupun  hasil  akhir  di  masa  mendatang) atas suatu investasi. Secara   umum,   proses   membangun   sebuah  business  case mengikuti  siklus  hidup  sebuah  proses atau  sistem  yaitu  build  (membangun),  implement (menerapkan),  operate  (mengopersikan),  dan  retire (penyelesaian).

Membuat Business Case
Pembuatan business  case terdiri  atas  8  tahap  yaitu:
1.      Membuat lembar   fakta   dengan   data   yang  relevan   dan   melakukan   analisis   data   yang  meliputi hal-hal berikut:
2.      Analisis keselarasan
3.      Analisis manfaat keuangan
4.      Analisis manfaat non-keuangan
5.      Analisis resiko, yang dihasilkan dari
6.      Penilaian  /  penaksiran  dan  optimisasi  hasil  /  resiko  yagn  dihasilkan  oleh  investasi  TI,
7.      Pencatatan   secara   terstruktur   atas   hasil-hasil dari    tahap    sebelumnya    yang    dokumentasi  business   case,   dan   hasil   akhir   yang   selalu   diperbaharui.
8.      Melakukan    evaluasi   business    cas    selama  eksekusi   program,   di   seluruh   siklus   hidup  program tersebut.

Beberapa Pertimbangan
Menerapkan  konsep Val  IT  memang  tidak mudah, tetapi jika dapat diterapkan maka organisasi dapat  lebih mempertanggungjawabkan akuntabilitasnya   terhadap   investasi   TI.   Beberapa  pertimbangan yang perlu diperhatikan adalah:
Pada  bisnis  skala  kecil  dan  menengah,  untuk setiap  investasi  TI,  maka  pihak                         manajemen  harus  dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
  • Seberapa  banyak  perusahaan  menginvestasikan biaya pada TI.
  • Apakah  perusahaan  harus  menambah  anggaran untuk TI atau menguranginya?
  • Bagaimana kinerja operasional dan biaya perusahaan  kita  dibandingkan                               dengan kinerja perusahaan lain yang sekelas?
  •  Bagaimana  dampak  pembelanjaan  TI  terhadap kinerja bisnis.
  • Apakah portofolio investasi TI dapat memberikan nilai bagi bisnis


Terakhir,  resiko  investasi  pada  area  TI  perlu dibandingkan dengan resiko dan manfaat dari semua investasi lainnya. TI adalah sebagai suatu enabler atau alat yang memungkinkan kita menjalankan sesuatu, dan merupakan bagian terintegrasi dari bisnis keseluruhan. 


            KESIMPULAN

Dari kajian literatur atas konsep kerangka kerja Val IT dapat disimpulkan hal-hal berikut:
  • Val IT adalah salah satu kerangka kerja yang dapat digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana nilai investasi TI dapat dipertanggungjawabkan pada perusahaan/ organisasi.
  • Kerangka kerja Val IT lebih mudah diterapkan pada organisasi yang sudah mengenal konsep COBIT, karena pendekatan yang digunakan serta  dasar-dasar  pemikirannya diturunkan  dari COBIT.
  •  Saat ini Val IT dapat diterapkan terutama untuk melakukan estimasi manfaat atas proyek-proyek investasi  TI  baru  dan  bukan  terhadap  aset  TI yang sudah dimiliki .
  • Implementasi Val  IT dilakukan dengan  membangun sebuah business case untuk  setiap usulan  proyek. Business  case tersebut  memuat segala aspek evaluasi  dan  digunakan  sebagai  alat  bantu  untuk  mengevaluasi kinerja  proyek secara keseluruhan, dari mulai fase awal hingga investasi tersebut dianggap tidak diperlukan lagi.

Metode Penentuan Proyek TI dengan Val IT Materi Manajemen Proyek

Ringkasan Metode Penentuan Proyek TI dengan Val IT
Val IT, adalah salah satu metoda yang dapat digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas akan manfaat investasi TI pada organisasi. Val IT merupakan konsep baru yang diluncurkan oleh Information Technology Governance Institute (ITGI) sebagai sebuah kerangka kerja standar untuk melengkapi kerangka kerja tata kelola TI yang sudah lama dirilis dan dipergunakan secara luas yaitu COBIT. Karena Val IT merupakan pelengkap COBIT, maka dalam beberapa hal, asumsi yang digunakan serta cara pendeskripsian kerangka kerjanya sangat mirip dan sangat erat kaitannya dengan COBIT. Val IT terdiri atas sekumpulan prinsip dasar dan 3 proses utama untuk mengukur nilai TI. Masing-masing proses kemudian dirinci lagi menjadi beberapa item manajemen praktis seperti halnya pada COBIT. Untuk menerapkan kerangka kerja Val IT, organisasi harus membangun sebuah business case yang dapat diterapkan pada proyek investasi TI tertentu. Business case digunakan sebagai alat bantu praktis untuk merencanakan, mengukur, dan memonitor investasi TI dalam sebuah siklus hidup ekonomis yang utuh, dalam artian mulai dari mengusulkan, membeli, memakai hingga menghentikan pemakaian sebuah investasi TI (retirement). Sasaran membangun business case adalah agar dapat memberikan gambaran yang lengkap dan transparan kepada pihak manajemen atas manfaat suatu investasi dan membantu manajemen untuk membuat keputusan.
     

     
Melalui penerapan kerangka kerja Val IT, organisasi diharapkan dapat memperkirakan sejauh mana manfaat suatu investasi TI terhadap organisasi, yang disajikan dalam format yang terukur dan mudah dikelola/diperbaharui sepanjang siklus hidup investasi tersebut, sehingga dapat dijadikan kontrol pencapaian nilai yang diharapkan dari sebuah investasi Teknologi Informasi. Kata kunci: Investasi TI, Val IT, Business Case, COBIT, Kerangka Kerja
Prinsip Dasar Val IT. Beberapa prinsip dasar yang menjadi landasan Val IT adalah sebagai berikut: 
  1. Investasi TI yang mendukung bisnis akan dikelola sebagai portofolio investasi. 
  2. Investasi TI yang mendukung bisnis akan meliputi seluruh aktivitas yang diperlukan untuk mencapai nilai bisnis. 
  3. Investasi TI yang mendukung bisnis akan dikelola melalui seluruh siklus hidup ekonomis investasi tersebut. 
  4. Praktisi value delivery akan mengenali bahwa ada berberapa katagori yang berbeda atas investasi yang harus dievaluasi dan dikelola dengan cara yang berbeda pula.
  5. Praktisi value delivery akan mendefinisikan dan memonitor parameter pengukuran utama yang akan memberikan respon yang cepat terhadap perubahan atau deviasi yang terjadi. 
  6. Praktisi value delivery akan mengajak semua pihak yang berkepentingan dan menetapkan akuntabilitas yang sesuai terhadap kapabilitas yang harus dihaislkan dan realisasi manfaat bisnis. 
  7. Praktisi value delivery akan secara kontinyu dimonitor, dievaluasi dan ditingkatkan


Yang dimaksud dengan praktisi Value Delivery adalah orang atau fungsi yang bertanggung jawab untuk merealisasikan manfaat atas investasi TI pada perusahaan. 
Proses Val IT Untuk memperoleh hasil sebuah investasi, prinsip Val IT harus diterapkan oleh pihak yang berkepentingan, melalui tiga proses berikut: 

  • Value governance(VG) 
  • Portfolio management (PM) 
  • Investment management (IM)
Value Governance (VG)

Tujuan VG adalah untuk mengoptimasi nilai yang diperlah atas investasi IT dengan cara: 
  •  Menetapkan tata kelola, mengontrol dan memonitor kerangka kerjanya. 
  •  Menyediakan arahan strategis bagi investasi 
  •  Mendefinisikan karakteristik portofolio investasi. 

Rincian pedoman praktis pada Value Governance adalah sebagai berikut:
    VG1 Ensure informed and committed leadership
    VG2 Define and implement processes.
    VG3 Define roles and responsibilities.
    VG4 Ensure appropriate and accepted accountability.
    VG5 Define information requirements.
    VG6 Establish reporting requirements.
    VG7 Establish organisational structures.
    VG8 Establish strategic direction.
    VG9 Define investment categories.
    VG10 Determine a target portfolio mix.
    VG11 Define evaluation criteria by category. 

 Portfolio Management (PM) 

    Tujuan PM adalah untuk menjamin bahwa semua portofolio investasi IT selaras dan memberikan kontribusi optimal terhadap sasaran strategis organisasi dengan cara: 
  1. Menetapkan dan mengelola profil sumber daya 
  2. Mendefinisikan batasan investasi. 
  3. Mengevaluasi, prioritasi dan memilih, menunda atau menolak investasi baru. 
  4. Mengelola portofolio secara keseluruhan. 
  5. Memonitor dan mengevaluasi kinerja portofolio 

Portfolio Management dilengkapi dengan 14 pedoman praktis sebagai berikut:
    PM1 Maintain a human resource inventory.
    PM2 Identify resource requirements.
    PM3 Perform a gap analysis.
    PM4 Develop a resourcing plan.
    PM5 Monitor resource requirements and utilisation.
    PM6 Establish an investment threshold.
    PM7 Evaluate the initial programme concept business case.
    PM8 Evaluate and assign a relative score to the programme business case.
    PM9 Create an overall portfolio view.
    PM10 Make and communicate the investment decision.
    PM11 Stage-gate (and fund) selected programmes.
    PM12 Optimise portfolio performance.
    PM13 Re-prioritise the portfolio.
    PM14 Monitor and report on portfolio performance.

Investment Management (IM)
Tujuan investment management adalah untuk menjamin bahwa program investasi TI di organisasi dapat memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang masuk akal dan dalam batas resiko yang masih dapat diterima, dengan cara: 
  1. Identifikasi kebutuhan bisnis 
  2. Membangun pemahaman yang jelas atas kandidat program investasi 
  3. Menganilisi alternative
  4. Mendefinisikan program dan mendokumentasikan sebuah business case secara rinci termasuk menguraikan secara jelas dan terinci manfaat program tersebut bagi perusahaan. 
  5. Menetapkan kejelasan akuntabilitas dan kepemilikan program. 
  6. Memonitor dan melaporkan kinerja program 

Rincian pedoman praktis pada Investment Management adalah sebagai berikut: 

    IM1 Develop a high-level definition of investment opportunity.
    IM2 Develop an initial programme concept business case.
    IM3 Develop a clear understanding of candidate programmes.
    IM4 Perform alternatives analysis.
    IM5 Develop a programme plan.
    IM6 Develop a benefits realisation plan.
    IM7 Identify full life cycle costs and benefits.
    IM8 Develop a detailed programme business case.
    IM9 Assign clear accountability and ownership.
    IM10 Initiate, plan and launch the programme.
    IM11 Manage the programme.
    IM12 Manage/track benefits.
    IM13 Update the business case.
    IM14 Monitor and report on programme performance.
    IM15 Retire the programme.